Keberadaan penyu di Indonesia semakin terancam. Populasinya semakin menurun dari tahun ke tahun. Pembantaian penyu dan pengambilan telur secara liar telah mendorong menurunnya populasi penyu di Indonesia. Bahkan catatan terakhir WWF menyatakan penurunan populasi penyu di Indonesia mencapai 60%.
Di pantai tersebut dibangun
beberapa fasilitas sederhana untuk pengembangbiakan penyu. Upaya
pelestarian penyu yang dilakukan ditempuh melalui kegiatan pengamanan
pantai, pengumpulan telur, pembuatan tempat penetasan semi permanen,
pemeliharaan telur yang ditetaskan, pemeliharaan tukik (sebutan untuk
anak penyu) yang baru menetas, pemeliharaan tukik di tempat
penampungan, tagging, sexing, pencatatan data jumlah
penyu, pencatatan data jumlah telur, penyuluhan, pelayanan penelitian,
pelepasan tukik ke laut dan baru2 ini aku denger juga menyediakan
pendidikan dan pelatihan untuk pelajar dan mahasiswa.
Pengelolaan penyu di Sukamade meliputi 6 kegiatan, yaitu:
a. Patroli malam;
b. Pemindahan telur penyu;
c. Penanaman telur penyu;
d. Penetasan telur penyu;
e. Perawatan tukik;
f. Pelepasan tukik.
Baru-baru ini Taman Nasional Meru
Betiri bekerjasama dengan WWF Indonesia telah melakukan penelitian
menggunakan Satellite Tracking untuk mengetahui daya jelajah penyu
khususnya yang pernah mendarat di Pantai Sukamade. Ada tiga (3) penyu
hijau yang dilepaskan menggunakan Satellite Tracking yaitu Dorte,
Lotte, dan Elsebeth. Sampai saat ini penyu Dorte bergerak ke arah
selatan pantai Sukamade menuju Australia, sedangkan penyu Lotte yang
dilepaskan sendiri oleh Kepala Balai Taman Nasional Meru Betiri Bapak
Ir. Herry Subagiadi, M.Sc bergerak ke arah timur melewati pantai
selatan Bali kemudian ke arah pantai utara Lombok sampai mendekati
pulau Sulawesi. Penyu Elsebeth sendiri masih bergerak berputar-putar di
selatan pantai Sukamade menuju pulau Nusa Barung.
Akses ke Sukamade
Aku
dan beberapa teman berangkat dari Malang pake kereta ekonomi,
maklumlah backpacker ga mungkin naik pesawat (lagipula ga ada pesawat
ke Sukamade,wkwkwk). Dan perjalanan yang amazing pun dimulai :
- dari Malang (Stasiun Kotabaru) pake kereta Tawangalun jurusan Banyuwangi (kereta berangkat jam 2 siang). Tapi aku berhenti di Jember karena ada beberapa urusan di kantor TN. Meru Betiri. Buat yang pertama kali ke Sukamade ato yang punya keperluan resmi wajib ijin lewat kantor dulu. Kontak kantornya ada dibawah.
- keluar dari Stasiun Jember (jam 8 malem) cari angkot menuju kantor TN. Meru Betiri. Kami bermalam disini.
- keesokan paginya dilanjutkan ke Jajag menggunakan bus.
- dari Jajag menggunakan minibus menuju Sarongan (sampe sini jam 3 sore). Di Sarongan kita berhenti di semacam kantor cabangnya TN. Meru Betiri yang membawahi Resor Sukamade.
- dari Sarongan dilanjutkan dengan “taxi” ke Sukamade. Taksinya dateng jam 4. Tapi akhirnya berangkat magrib karena ada something wrong dengan tu taksi.
Eits,, jangan pikir taxi disini
sekelas bluebird or something else. Taksinya adalah truk pasir (bener2
truk yang biasa dipake ngangkut sapi itu) milik “Pak Haji” yang
dimodifikasi sedemikian rupa sehingga bisa melalui medan offroad yang
mantap jaya. Truk Pak Haji ini adalah satu2nya transport umum menuju
Sukamade. Truk ini hanya lewat sekali, pagi berangkat dari Sukamade
menuju Sarongan, lalu sore harinya balik lagi ke Sukamade. Aku dan
teman2 berjubel di dalam bak belakang bersama beberapa penduduk yang
kebanyakan ibu2. Di antara kegelapan malam truk melaju membelah hutan,
dan mataku sama sekali ga bisa nangkep apa2. Malam itu ga keliatan
medannya seperti apa, yang jelas sepanjang perjalanan truknya oleng
kesana-kemari yang membuatku gave two thumbz up bwt drivernya. Lalu
byuuuurrrr,, turunlah hujan lebat. Truk pun berhenti dan para awak
kapal,,eh maksudku awak truk melindungi bak belakang dengan terpal.
Waktu itu keadaan di bak belakang sedikit ricuh, cz ada ibuk2 yang
digerayangi kelabang. Temenku yang cewek ada yang eneg gitu, cz ada
penumpang yang bawa durian (kebayang ga sih situasinya kayak apa..) kalo aku sih uidah biasa soalnya asalku dari wilayah situ ( wong kidulan rek)
Kawasan Pantai Sukamade
Sampe mess Sukamade uda malam hari.
FYI, disana ga ada listrik. Cuma ada genset atau sejenisnya lah, yang
cuma dinyalain seminggu sekali buat nge-charge HT. Sinyal HP juga kagak
ada. Jadi prepare baterai cadangan yang banyag deh kalo mo kesana. Dan
rebutan nebeng nge-charge kamera, handycam, etc. Di sekitar mess ga
ada warung. Kalo mau belanja di warung “Pak Haji” yang letaknya sekitar
1km dari mess, dan itu ditempuh dengan jalan kaki! Disitu ada masjid
juga tempat temen2 cowok jumatan. Hehehe.. Jadi aku sarankan membawa
perbekalan dari Sarongan semampunya. Dan di Sukamade akan terbiasa
dengan menu oseng pakis, pucuk daun paku. Di mess ada kompor gas, jadi
kami masak disitu, sekaligus masakin para ranger juga.
Disana kami bantu kerja para
“ranger”, sebutan kami untuk para petugas di Sukamade itu. Disitu cuma
ada tiga orang, yang mana mereka giliran jaga tiap seminggu sekali.
Menurutku sih, personil segitu kurang banyak buat kerja di konservasi
penyu. Tiap malam kami ke pantai yang jaraknya skitar 700m dari mess dan
walaupun hujan, mereka tetap berangkat! Penyu hanya mendarat pada
malam hari. Biasanya ke pantai tengah malam,,menyusuri pantai (mungkin
garis pantainya lebih dari 1km deh, ga bisa memperkirakan, hehee). Kami
ngintip penyu yang lagi bertelur, sekaligus merazia para pencuri telur
penyu (banyak pencurian telur penyu karena kurangnya kesadaran
mereka). Jika ditemukan penyu yang belum di tagging, maka dilakukan
pemasangan cincin tag dari besi, yang dipasang di bagian siripnya.
Tagging ini nantinya berguna untuk mendeteksi wilayah jelajah seekor
penyu. Kata Pak Slamet sih (salah satu ranger), ada yaang ditemukan
mendarat di Jepang. Patroli malam berakhir sekitar jam 2 dini hari.
Esok paginya, kembali menyussuri
pantai, mencari jejak penyu dan mencari lubang tempat penyu bertelur
semalam. Membutuhkan trik dan keahlian khusus untuk mendeteksi tanah
yang di dalamnya ada telurnya. Telur2 yang dikeluarkan tadi malam di
ambil (kedalamannya sampe 1meter) untuk dipindahkan ke tempat penetasan
di dekat mess. Dalam tiap lubang biasanya berisi 60-200 butir telur
dari satu induk betina.
![]() |
Penyu kesiangan,,hahaha |
Di dekat mess ada bangunan
tempat penetasan telur penyu. Lubang digali, kemudian telur2 dipendam
kembali dan diberi tanda dari papan. Untuk telur yang udah menetas,
tukiknya akan keluar sendiri dari dalam pasir kemudian dipindah ke bak2
beton yang diisi air laut. Karapaks (cangkang) tukik itu disikat. Air
laut untuk pemeliharaan sementara, diambil dari laut. Kami yang bantu
aja kelelahan tingkat tinggi harus mengumpulkan berpuluh jerigen air
laut. Ngebayangin kalo ranger itu kerja sendiri. Wuuiiiihhh…salluut.
Tukik yang di bak pembesaran sementara akan dilepas ke laut setelah
cukup kuat. Dan pelepasan ini akan menjadi hal yang mengharukan buatku
pribadi,,,:) Kata Pak Slamet, dari 1000 tukik, yang jadi seekor penyu
dewasa hanya satu! Yang lain kalah oleh besarnya ombak atau dimangsa
predator laut.
![]() |
Tukik. Dan di antara 1000, hanya satu yang bertahan. |
Waktu itu kami juga punya
kegiatan menanam pandan di pinggiran pantai. Benihnya ratusan dan kami
harus membawanya dari mess ke pantai dan lagi, melelahkan. Di kawasan
ini ga cuma ada penyu tapi juga merupakan habitat tumbuhan langka yaitu
bunga raflesia (Rafflesia zollingeriana), dan beberapa jenis tumbuhan
lainnya seperti bakau (Rhizophora sp.), api-api (Avicennia sp.), waru
(Hibiscus tiliaceus), nyamplung (Calophyllum inophyllum), rengas (Gluta
renghas), bungur (Lagerstroemia speciosa), pulai (Alstonia scholaris),
bendo (Artocarpus elasticus), dan beberapa jenis tumbuhan obat-obatan.
Pada waktu itu kami mencoba ke bukit tempat habitat raflesia,,tapi tidak berhasil menemukan bunganya, bukan musimnya kali ya…
Selain penyu, kawasan ini memiliki
potensi satwa dilindungi yang terdiri dari 29 jenis mamalia. Satwa
tersebut diantaranya banteng (Bos javanicus javanicus), kera ekor
panjang (Macaca fascicularis), macan tutul (Panthera pardus melas),
ajag (Cuon alpinus javanicus), kucing hutan (Prionailurus bengalensis
javanensis), rusa (Cervus timorensis russa), bajing terbang ekor merah
(Iomys horsfieldii), merak (Pavo muticus).
Saat menyusuri hutan, kami sering
menjumpai gerombolan banteng (inget, jangan pake baju merah). Kalo kera
banyak sekali, bahkan kalo masak di dapur sering disamperin ketua
gengnya kera yang menurutku menakutkan. Untuk satwa yang lain, ga
pernah ketemu. Buat yang suka ber-canoe,,, ada disini. Biasanya kami
berkano ria setiap sore di muara.Untuk menghibur diri di malam hari
sebelum patroli, bolehlah bawa gitar, kartu poker, etc.
Nah, buat yang berminat kesana, don’t forget for:
- korek api, senter, lilin atau alat penerang lainnya. Inget, disini ga ada listrik
- baterai cadangan buat gadget
- survival equipment tergantung kegiatan yang direncanakan. Tapi yang jelas pisau lipat sama pocket tools wajib.
- mantel, kalo kesana di musim penghujan
- perbekalan secukupnya dan botol air minuum
- lotion anti nyamuk
- barang pribadi standar dan seperlunya
- kartu, gitar, etc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar